Sabtu, 31 Maret 2012

teori hujan


HUJAN SUATU TANDA KEBESARAN ALLAH SWT


Tidakkah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian) nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (QS 24:43)

Awan itu bermacam-macam dan sedikit diantaranya adalah awan yang menurunkan hujan. Para pakar observation telah membagi awan kepada banyak macam berdasarkan ketinggian dasar (cloud base) nya, atapnya dan berdasarkan cara pembentukannya. Salah satu awan tersebuat adalah apa yang dinamakan awan tebal (cumulus clouds), yaitu satu-satunya awan yang terkadang berkembang dengan izin Allah menjadi apa yang disebut dengan awan tebal mengandung hujan (cumulus rain clouds). Ia adalah satu-satunya macam awan yang terkadang diiringi dengan embun (es), kilat dan guruh. Awan macam ini keistimewaannya memiliki atap yang besar, terkadang mencapai lebih dari 15 kilometer menyerupai gunung.

Dan dengan perkembangan ilmu pengetahuan: meteorology observation, menggunakan alat-alat modern, seperti alat sinyal dari jauh, pesawat-pesawat, radar, dan satelit, dan dengan bantuan alat-alat hitung elekonik maka para pakar observation dapat melakukan studi perincian yang sangat teliti tentang komposisi dan perkembangan awan. Dan di sana masih banyak sains di hadapan cabang ilmu ini untuk menyempurnakan studi pemahamannya.

Awan tebal yang proses kejadiannya diterangkan oleh Al-Qur’an tersebut merupakan objek pengkajian para pakar observation dan menjadi perhatian mereka dari segi:
1. Bagaiman ia berawal
2. Bagaimana ia berkembang
3. Fenomena-fenomena udara yang mengiringinya

Ayat Al-Qur’an telah menerangkan tentangnya sejak sebelum 1400 tahun mengenai cara/proses kejadian dan perkembangan awan tersebut, begitu pula tentang fenomena udara yang paling penting yang mengiringi awan tebal yang mengandung hujan tersebut.


Sekilas Sejarah Awan dan Hujan
Meteorologi telah berkembang menjadi ilmu pada abad ke-19. Dan sejarah keberadaannya diakui sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan berawal pada abad-abad pertama peradaban manusia, dan pembagian sejarah meteorologi sebagaimana disebutkan oleh Frisinger HH mungkin dapat dibagi menjadi tiga fase pokok sebagai berikut:

Fase pertama:
Fase ini disebut dengan fase estimation ( dari tahun 600 SM sampai 1600 M, dan pada masa itu pemikiran Filosofi Yunani, Aristoteles tentang meteorologilah yang berlaku.


Fase Kedua:
(Dari tahun 1600 M sampai 1800M). Fase ini dimnamakan fajar meteorologi (kebangkitan meteorologi). Hal penting yang menjadi keistimewaannya adalah: permulaan inovasi dan perkembangan alat-alat pengamatan. Pengukuran unsure-unsur udara pada fase ini telah mulai terkoordinasi dan kontinyu. Pada fase tersebut telah diletakkan dasar-dasar meteorologi observasi modern, yaitu pada abad ke-17 dan 18.

Fase Ketiga:
Telah dimulai bersamaan dengan abad ke-19, dan pada abad ini Meteorologi observasi telah menjadi salah satu ilmu terapan, dan sejak saat itu ikut bersama ilmu-ilmu yang lain, seperti ilmu eksakta, fisika, kimia dalam mengkaji dan memahami watak lapisan udara.
Begitulah Meteorologi observasi tampil dan berkembang pada peradaban pertama yang besar di Afrika (Bangsa Mesir Kuno), Asia (Bangsa Babilon), Asia selatan bagian tengah (Hindustan dan Tatar), Asia timur (Hwangho dan Yangtse) tetapi mayoritas pengetahuan kita kembali kepada Bangsa Mesir Kuno dan Babilon.
Di Mesir kuno (3500 SM) Meteorologi Observasi telah mengambil bentuk watak agama. Bangsa Mesir kuno berkeyakinan bahwa fenomena udara yang bermacam-macam semuanya tunduk kepada dewa-dewa. Dan pada saat itu udara dan ilmu falak (astronomi) yang dikenal pada saat itu dengan Meteorologycal Observation of Astronomy.
Walaupun ocservasi terhadap fenomena udara pernah dilakukan melalui bangsa yunani kuno (600 tahun SM), etapi tidak ada dalil ynag menunjukkan bahwa mereka telah memahami proses terjadinya awan, bahkan setelah munculnya Aristoteles (3000 tahun SM) dengan judul karangannya Meteorogycal Observation yang dianggap mewakili segala apa yang telah diketahui pada saat itu tentang Meteorologi Observasi.



AWAN


Stratocumulus perlucidus clouds, as seen from a plane window

Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di atmosfir. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di langit.

Pembentukan awan

Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara:
1. Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
2. Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air.

H2O (l) → H2O (g)

Karena adanya panas air (H2O) berubah menjadi uap air dan mengalami proses penguapan. Ikatan hydrogen pada air terputus karena adanya energy sehingga air dapat bergerak bebas di udara tanpa dipengaruhi oleh molekul air yang lain. Karena terputusnya ikatan hydrogen pada air ini sehingga air berada dalam bentuk uap.

Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan.
Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan menguap dan hilanglah awan itu. Inilah yang menyebabkan itu awan selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti menguap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.

Jenis-jenis awan
awan terbagi menjadi beberapa jenis :

Awan kelas A:
• Cirrus (Ci)
• Cirrus uncinus
• Cirrus Kelvin-Helmholtz Colombia
• Cirrostratus (Cs)
• Cirrocumulus (Cc)
• Pileus
• Contrail
Awan Kelas C:
• Stratus (St)
• Nimbostratus (Ns)
• Cumulus humilis (Cu)
• Cumulus mediocris (Cu)
• Stratocumulus (Sc)

Awan Kelas B:
• Altostratus (As)
• Altostratus undulatus
• Altocumulus (Ac)
• Altocumulus undulatus
• Altocumulus mackerel sky
• Altocumulus castellanus
• Altocumulus lenticularis
Awan Kelas D:
• Cumulonimbus (Cb)
• Cumulonimbus incus
• Cumulonimbus calvus
• Cumulonimbus with mammatus
• Cumulus congestus
• Pyrocumulus

Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau (awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan dengan air hujan itu tanam-tanaman yang daripadanya (dapat) makan binatang-binatang ternak mereka dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan?(QS32: 27)

Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Al Qur’an, 30:48)
Dan Allah, Dialah Yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu Kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu. Demikianlah kebangkitan itu.(QS 35: 9)

Berdasarkan ayat di atas, awan tebal bermula ketika angin menggiring/mengarak awan kecil le convergence zone. Pengarakan bagian-bagian awan ini menyebabkan bertambahnya jumlah uap air dalam perjalanannya, terutama di sekitar convergence zone. Pengarakan ini sangat penting untuk perkembangan awan tebal pada kawasan convergence zone.



Pembentukan Hujan
Proses terbentuknya hujan masih merupakan misteri besar bagi orang-orang dalam waktu yang lama. Baru setelah radar cuaca ditemukan, bisa didapatkan tahap-tahap pembentukan hujan..

Pembentukan hujan berlangsung dalam tiga tahap. Pertama, “bahan baku” hujan naik ke udara, lalu awan terbentuk. Akhirnya, curahan hujan terlihat.

Tahap-tahap ini ditetapkan dengan jelas dalam Al-Qur’an berabad-abad yang lalu, yang memberikan informasi yang tepat mengenai pembentukan hujan,

“Dialah Allah Yang mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendakiNya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya; maka, apabila hujan itu turun mengenai hamba-hambaNya yang dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira” (Al Qur’an, 30:48)

Gambar di atas memperlihatkan butiran-butiran air yang lepas ke udara. Ini adalah tahap pertama dalam proses pembentukan hujan. Setelah itu, butiran-butiran air dalam awan yang baru saja terbentuk akan melayang di udara untuk kemudian menebal, menjadi jenuh, dan turun sebagai hujan. Seluruh tahapan ini disebutkan dalam Al Qur’an.

Kini, mari kita amati tiga tahap yang disebutkan dalam ayat ini.

TAHAP KE-1: “Dialah Allah Yang mengirimkan angin…”
Gelembung-gelembung udara yang jumlahnya tak terhitung yang dibentuk dengan pembuihan di lautan, pecah terus-menerus dan menyebabkan partikel-partikel air tersembur menuju langit. Partikel-partikel ini, yang kaya akan garam, lalu diangkut oleh angin dan bergerak ke atas di atmosfir. Partikel-partikel ini, yang disebut aerosol, membentuk awan dengan mengumpulkan uap air di sekelilingnya, yang naik lagi dari laut, sebagai titik-titik kecil dengan mekanisme yang disebut “perangkap air”.

TAHAP KE-2: “…lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal…”
Awan-awan terbentuk dari uap air yang mengembun di sekeliling butir-butir garam atau partikel-partikel debu di udara. Karena air hujan dalam hal ini sangat kecil (dengan diamter antara 0,01 dan 0,02 mm), awan-awan itu bergantungan di udara dan terbentang di langit. Jadi, langit ditutupi dengan awan-awan.

TAHAP KE-3: “…lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya…”
Partikel-partikel air yang mengelilingi butir-butir garam dan partikel -partikel debu itu mengental dan membentuk air hujan. Jadi, air hujan ini, yang menjadi lebih berat daripada udara, bertolak dari awan dan mulai jatuh ke tanah sebagai hujan.

Semua tahap pembentukan hujan telah diceritakan dalam ayat-ayat Al-Qur’an. Selain itu, tahap-tahap ini dijelaskan dengan urutan yang benar. Sebagaimana fenomena-fenomena alam lain di bumi, lagi-lagi Al-Qur’anlah yang menyediakan penjelasan yang paling benar mengenai fenomena ini dan juga telah mengumumkan fakta-fakta ini kepada orang-orang pada ribuan tahun sebelum ditemukan oleh ilmu pengetahuan.

Dalam sebuah ayat, informasi tentang proses pembentukan hujan dijelaskan:

“Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit, (yaitu) dari (gumpalan- gumpalan awan seperti) gunung-gunung, maka ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan.” (Al Qur’an, 24:43)

Para ilmuwan yang mempelajari jenis-jenis awan mendapatkan temuan yang mengejutkan berkenaan dengan proses pembentukan awan hujan. Terbentuknya awan hujan yang mengambil bentuk tertentu, terjadi melalui sistem dan tahapan tertentu pula. Tahap-tahap pembentukan kumulonimbus, sejenis awan hujan, adalah sebagai berikut:

TAHAP - 1, Pergerakan awan oleh angin: Awan-awan dibawa, dengan kata lain, ditiup oleh angin.

TAHAP - 2, Pembentukan awan yang lebih besar: Kemudian awan-awan kecil (awan kumulus) yang digerakkan angin, saling bergabung dan membentuk awan yang lebih besar.

TAHAP - 3, Pembentukan awan yang bertumpang tindih: Ketika awan-awan kecil saling bertemu dan bergabung membentuk awan yang lebih besar, gerakan udara vertikal ke atas terjadi di dalamnya meningkat. Gerakan udara vertikal ini lebih kuat di bagian tengah dibandingkan di bagian tepinya. Gerakan udara ini menyebabkan gumpalan awan tumbuh membesar secara vertikal, sehingga menyebabkan awan saling bertindih-tindih. Membesarnya awan secara vertikal ini menyebabkan gumpalan besar awan tersebut mencapai wilayah-wilayah atmosfir yang bersuhu lebih dingin, di mana butiran-butiran air dan es mulai terbentuk dan tumbuh semakin membesar. Ketika butiran air dan es ini telah menjadi berat sehingga tak lagi mampu ditopang oleh hembusan angin vertikal, mereka mulai lepas dari awan dan jatuh ke bawah sebagai hujan air, hujan es, dsb. (Anthes, Richard A.; John J. Cahir; Alistair B. Fraser; and Hans A. Panofsky, 1981, The Atmosphere, s. 269; Millers, Albert; and Jack C. Thompson, 1975, Elements of Meteorology, s. 141-142)

Kita harus ingat bahwa para ahli meteorologi hanya baru-baru ini saja mengetahui proses pembentukan awan hujan ini secara rinci, beserta bentuk dan fungsinya, dengan menggunakan peralatan mutakhir seperti pesawat terbang, satelit, komputer, dsb. Sungguh jelas bahwa Allah telah memberitahu kita suatu informasi yang tak mungkin dapat diketahui 1400 tahun yang lalu.



SIKLUS AIR

Pergerakan air di permukan Bumi yang dinamakan siklus air.

Siklus air atau siklus hidrologi adalah sirkulasi air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfir melalui kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk hujan, salju, hujan batu, hujan es dan salju (sleet), hujan gerimis atau kabut.

Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda:
• Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan. Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.
• Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.
• Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

Air permukaan, baik yang mengalir maupun yang tergenang (danau, waduk, rawa), dan sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya.




KILAT

Kilat adalah sebuah discharge elektrostatik alam yang kuat terjadi pada saat "thunderstorm". Pelepasan muatan listrik yang tiba-tiba dibarengi dengan pemancaran cahaya tampak dan bentuk radiasi elektromagnetik lainnya. Arus listrik yang melalui saluran dischrage dengan cepat memanaskan dan mengembangkan udara menjadi sebuah plasma, menciptakan gelombang shock akustrik (geledek) di atmosfer.

Teori modern tentang kejadian kilat
A. Fenomena Workman EJ Reynold, SE
Reynold dan workman telah menmukan bahwa air di tengah-tengah kebekuannya bersama larutan mineral yang berair dapat melahirkan perbedaan ketegangan listrik di celah-celah permukaan yang membedakan antara salju dengan benda cair dan ia akan hilang dengan habisnya pembekuan. Kedua penemu tersebut mengusulkan agar hal ini dapat menjadi dasar kelahiran muatan (Freight) di dalam awal yang kemudian dapat melahirkan kilat.

B. Fenomena Dinger, JE dan Gun, R
Dinger dan Gun memperhatikan bahwa salju di tengah-tengah pencairannya akan melahirkan nuatan-muatan listrik. Hal ini dikuatkan oleh Drik bahwa apabila Kristal es digantungkan pada sebuah kawat lalu dilepaskan kepadanya arus gas yang terkenal cepat, panas dan basah untuk mencairkannya dan gas pada akhir perjalanannya di atas Kristal tidak membawa muatab kecuali apabila Kristal tersebut sedang mencair.
Di sana terdapat bukti lapangan yang telah ditemukan oleh Chalmens, JA, yang menegaskan bahwa arus listrik udara secara total berjalan kea rah yang berlawanan bagi hujan, salju di tengah-tengah turunnya.

C. Fenomena Dinamika panas bagi salju
Apabila dua bongkahan salju saling bersentuhan, naka tingkat (derajat) panasnya akan berbeda, dan kekuatan pendorong listrik akan lahir akibat pengaruh panas. Latham, J dan Stow CD telah menemukan bahwa muatan dapat pindah dari satu Kristal yang lain dengan sebab tabrakan. Begitu pula, apabila bongkahan salju terjatuh menimpa yang lain, maka kadar panasnya akan berbeda. Gelembung udara yang tertahan di dalam salju akan dapat mempengaruhi tanda muatan , baik positif atau negative.

D. Listrik timbul sebagai akibat tabrakan atau hancurnya Kristal salju atau akibat abrakan air yang sangat dingin dengan es
Pierce, DC. Dan Cunie, BW telah menmukan bahwa kuatnya arus udara atas bongkahan salju pada saat penggunaannya akan berhamburan darinya bongkahan dan pecahan-pecahan yang membawa muatan-muatan negative, sedangkan udara akan membawa positif, dan Latham, J dan Mason BJ melihat bahwa di sana lahir syatu muatan pada saat terjadinya tabrakan dan pembekuan titik-titik air yang sangat dingin dengan permukaan yang bersalju (salju) dan pada saat terjadinya es.

Dari apa yang telah lewat jelaslah pada salju atau es dapat melahirkan muatan-muatan listrik pada saat terjadi perubahan dirinya dari satu kondisi ke kondisi yang lain, baik lantaran tabrakan atau bersentuhan/ bersenggolan atau pencairan atau perpecahan, yaitu setiap kali terjadi pada dirinya suatu kejadian, maka bentuk, ukuran, panas dan kondisinya akan berubah.
Bukti-Bukti Lapangan

Keihbid, PR dan lainnya telah menemukan bahwa sumber muatan negative karena kekosongan bertubi-tubi dari udara ke bum terletak pada ketinggian tertentu antara dua permukaan yang dekat, derajat panasnya -15 derajat, dan ia akan menyamakan / menyesuaikan diri dengan kawasan yang mengandung (ujud) hujan atau salju antara dua ukuran tersebut.

Walaupun terjadi perbedaan macam-macam awan tebal (cumulus cloud) dalam geografi dan musimnya, tetapi scope(tingkat) panas di dalamnya terdapat pusat-pusat muatan negative, akan tetapi tidak berbeda. Latham, J menetapkan bahwa bukti-bukti tersebut sangat panas sekali dengan fenomena laboratorium, yang pada gilirannya, dengan kemampuan es, ia akan dapat mehahirkan lapangan listrik yang berjatuhan pada jarak waktu yang diharapkan bersama hujan yang sedang (pertengahan), apabila konsentrasi kristal es pada zone muatan mencapai 10 kristal dalam 1 liter.

Pusat-pusat muatan terletak pada scope yang terbatas antara -15 derajat dan -25 derajat. Maka jelaslah bahwa jumlah butir-butir alami pembekuan inti kondensasi tidak cukup untuk melahirkan kristal-kristal es denagn konsentrasi yang diharapkan, dan tidak diragukan lagi bahwa di sana terdapat factor kedua walaupun kita nanti belum mengetahuinya karena bertambahnya jumlah kristal.

Fenomena laboratorium dan bukti lapangan telah memberikan bukti bahwa es terkadang menjadi salah satu sebab lahirnya kilat, dan inilah yang telah ditetapkan Al-Qur’an sejak 1400 tahun yang lalu.

...Kilauan kilat (es) awan itu hampir-hampir menghilangkan penglihatan. (Al-Qur’an, 24:43)

Pada ayat tersebut terdapat keterangan bahwa (butiran-butiran) es mempunyai kilat yang sangat jelas. Dhamir (personal pronounce) yang ada pada kata: barkihi kilat awan itu (QS 24: 43) kembali pada kata yang paling dekat, yaitu pada kata albaradin (butiran-butiran) es.

Kata sanaa al barqi (maknanya): kilauan dan cahaya yang sangat kuat. Sedangkan kata yadzhabu bilabshaari (menghilangkan penglihatan), yakni menyambarnya karena kerasnya kilauan tersebut. Oleh karena itu, kilat dinisbatkan kepada butiran-butiran es pada ayat tersebut. Dan di muka telah diterangkan bahwa butiran-butiran es dapat membagi muatan listrik pada badan awan pada saat ia naik dan turunnya. Kemudian ia menyambungkan antara muatan-muatan listrik yang bermacam-macam, sehingga terjadilah pengosongan (emptying) secara besar-besaran.

Ayat-ayat Al-Qur’an tentang kilat/petir kebanyakan merupakan suatu peringatan seperti:

Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(Al-Qur’an, 2:19)

Ahli Kitab meminta kepadamu agar kamu menurunkan kepada mereka sebuah Kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: "Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata". Maka mereka disambar petir karena kelalimannya, dan mereka menyembah anak sapi, sesudah datang kepada mereka bukti-bukti yang nyata, lalu Kami maafkan (mereka) dari yang demikian. Dan telah Kami berikan kepada Musa keterangan yang nyata. (Al-Qur’an, 4:153)

Maka mudah-mudahan Tuhanku, akan memberi kepadaku (kebun) yang lebih baik daripada kebunmu (ini); dan mudah-mudahan Dia mengirimkan ketentuan (petir) dari langit kepada kebunmu, hingga (kebun itu) menjadi tanah yang licin. (Al-Qur’an, 18: 40)

Jika mereka berpaling maka katakanlah: "Aku telah memperingatkan kamu dengan petir, seperti petir yang menimpa kaum Ad dan kaum Tsamud".(Al-Qur’an, 41:13)

Dan adapun kaum Tsamud maka mereka telah Kami beri petunjuk tetapi mereka lebih menyukai buta (kesesatan) dari petunjuk itu, maka mereka disambar petir azab yang menghinakan disebabkan apa yang telah mereka kerjakan. (Al-Qur’an, 41: 17)

Maka mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhannya, lalu mereka disambar petir sedang mereka melihatnya. (Al-Qur’an, 51: 44)



GURUH
Guruh atau geledek adalah kata yang digunakan untuk mendeskripsikan gelombang kejut suara yang dihasilkan akibat terjadinya pemanasan dan pemuaian udara yang sangat cepat ketika dilewati oleh sambaran petir. Sambaran tersebut menyebabkan udara berubah menjadi plasma dan langsung meledak, menimbulkan munculnya suara yang bergemuruh.

Fenomena ini terjadi pada saat bersamaan dengan kilatan petir, tetapi suara gemuruhnya biasanya terdengar beberapa saat setelah kilatan terlihat. Hal ini terjadi karena cahaya merambat lebih cepat (186.000 mil / 299.338 kilometer per detik) bila dibandingkan suara (sekitar 700 mil / 1.126 kilometer per jam, bervariasi tergantung temperatur, kelembapan dan tekanan udara).

Fobia terhadap guruh dinamakan astraphobia

Teori tentang penyebab terjadinya guruh

Penyebab guruh telah menjad subjek spekulasi dan penelitian ilmiah selama berabad-abad. Teori pertama yang tercatat dikemukakan oleh Aristoteles pada abad ketiga Masehi, dan spekulasi awal yang memperkirakan bahwa ia disebabkan oleh tabrakan awan. Kemudian, teori-teori lain mulai bermunculan. Pada pertengahan abad ke-19, teori yang diterima adalah bahwa petir menghasilkan keadaan vakum pada jalur yang dilewatinya, dan guruh disebabkan oleh pergerakan udara yang segera mengisi ruang kosong tersebut. Kemudian pada akhir abad ke-19, orang menganggap bahwa guruh disebabkan oleh ledakan uap air ketika air yang berada di jalur petir dipanaskan. Teori yang lain menyatakan bahwa material berbentuk gas dihasilkan oleh petir dan meledak. Baru pada abad ke-20 diperoleh kesepakatan bahwa guruh disebabkan gelombang kejut di udara akibat pemuaian termal mendadak plasma pada jalur petir.

Tingkat suara yang berbahaya
Guruh merupakan suara yang sangat keras, tercatat sekitar 120 desibel, setara dengan suara yang dihasilkan oleh senjata api. Suara yang keras ini dapat menyebabkan kerusakan pada bagian telinga dalam. Tiga menit paparan dari guruh akan menyebabkan kehilangan pendengaran permanen.

Dalam Al-Qur-an guruh merupakan suara dari petir. Hal ini terlihat pada ayat:

Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.(Al-Qur’an 2:19)



KADAR HUJAN
Fakta lain yang diberikan dalam Al Qur’an mengenai hujan adalah bahwa hujan diturunkan ke bumi dalam kadar tertentu. Hal ini disebutkan dalam Surat Az Zukhruf sebagai berikut; “Dan Yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan dengan air itu negeri yang mati, seperti itulah kamu akan dikeluarkan (dari dalam kubur)." (Al Qur'an, 43:11)

Kadar dalam hujan ini pun sekali lagi telah ditemukan melalui penelitian modern. Diperkirakan dalam satu detik, sekitar 16 juta ton air menguap dari bumi. Angka ini menghasilkan 513 trilyun ton air per tahun. Angka ini ternyata sama dengan jumlah hujan yang jatuh ke bumi dalam satu tahun. Hal ini berarti air senantiasa berputar dalam suatu siklus yang seimbang menurut "ukuran atau kadar" tertentu. Kehidupan di bumi bergantung pada siklus air ini. Bahkan sekalipun manusia menggunakan semua teknologi yang ada di dunia ini, mereka tidak akan mampu membuat siklus seperti ini.

Per tahunnya, air hujan yang menguap dan turun kembali ke Bumi dalam bentuk hujan berjumlah "tetap": yakni 513 triliun ton. Jumlah yang tetap ini dinyatakan dalam Al Qur'an dengan menggunakan istilah "menurunkan air dari langit menurut kadar". Tetapnya jumlah ini sangatlah penting bagi keberlangsungan keseimbangan ekologi dan, tentu saja, kelangsungan kehidupan ini,..

Bahkan satu penyimpangan kecil saja dari jumlah ini akan segera mengakibatkan ketidakseimbangan ekologi yang mampu mengakhiri kehidupan di bumi. Namun, hal ini tidak pernah terjadi dan hujan senantiasa turun setiap tahun dalam jumlah yang benar-benar sama seperti dinyatakan dalam Al Qur’an.



LUBANG-LUBANG DI LANGIT
Ibrahim B. Sayed, seorang ahli fisika dan profesor obat-obatan nuklir dari Universitas Louisville, AS, mengungkapkan kekagumahnya atas kebenaran ayat-ayat Al-qur'an tentang fenomena-fenomena alam dari pandangan ilmu pengetahuan "Telah terbukti dalam sejarah, Islam tidak pernah berselisih dengan sains, dan Al-qur'an tidak berkontradiksi atau berlawanan dengan penemuan-penernuan salns modern. Sejalan dengan itu para pakar Barat memuji ilmuwan-ilmuwan Muslim yang telah menguasai Ilmu pengetahuan jauh lebih dulu dari mereka. Bahkan 1400 tahun sesudahnya, sains modern mulai menerangi kebenaran wahyu-wahyu Al-qur'an dan menguatkan keabsahannya." tutur Ibrahim B. Sayed selanjutnya.

Antara lain ia mengutip surah an-Nur: 43 yang isinya menceritakan bagaimana Tuhan mencucurkan hujan dari awan yang dltiupkan angln ke suatu tempat dan menjadl mendung yang klan pekat dan padat. "Tidakkah kaulihat Allah menggiring awan dan mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpang tindih. Maka kaulihat hujan pun turun dari celah-celahnya. Pada saat tersebut Allah menggambarkan proses terbentuknya awan dan hujan yang mengucur dari awan-awan itu. Fenomena ini sudah dikenal seluruh umat manusia dan bukan sesuatu yang luar biasa.

Akan tetapi, satu hal yang belum diketahui kebanyakan manusia adalah kelanjutan ayat tersebut yang bercerita tentang komet-komet salju, yang di situ dinamakan gunung-gunung dari baradin. Tetapi anehnya, bukan berasal dari awan, melainkan dari langit atau ruang angkasa. "Dan Allah menurunkan dari langit, gunung-gunung berisi butiran-butiran es yang dijatuhkan kepada siapa pun yang dikehendaki-Nya, dan dipalingkan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya."Ayat-ayat senada dapat dijumpai pula pada surah al-Baqarah: 22 yang mengatakan bahwa A1lah menurunkan air dari langit dan bukan dari awan. Juga pada surah Ibrahim: 32 serta an-Nahl: 10 dan 65.

Masalahnya ialah, mengapa Allah menyatakan bahwa ia menurunkan air dari langit, bertentangan dengan pernyataan lainnya bahwa air itu turun dari awan? Bila tidak dipelajari secara cermat, penggal kedua ayat 43 surah an-Nur tersebut, yang menyatakan bahwa Allah menurunkan gunung-gunung berisi butiran-butiran es, akan membuat orang kafir lebih meremehkan dan memandang rendah firman-firman Tuhan. Sebab yang dimaksud dengan baradtn dalam ayat Itu, atau hati dalam bahasa Inggrisnya, adalah hujan beku atau batu es.

Ayat ini dengan jelas menerangkan bahwa Tuhan menurunkan gunung-gunung berisi bola-bola es atau komet-komet salju dari langit ke bumi. Sampai tahun 1986 fenomena tersebut belum diketahui manusia. Barulah pada tahun 1988 kebenaran ayat itu mendapat konfirmasi dari ilmu pengetahuan, atau dalam bahasa yang lebih tepat, ilmu pengetahuan baru menemukan kebenaran ilmiah yang sudah lama diungkapkan oleh Alquran. Dr. Louis Frank, seorang ahli fisika dari Universitas Iowa (boleh dicatat nomor teleponnya, 319/3351695), mempelajari data yang dikumpulkan oleh satelit Dynamic Explorer 1 sejak tahun 1981 hingga 1986.

Satelit tersebut merekam gambar-gambar ultraviolet, terutama untuk mempelajari lapisan udara yang mengitari bumi. Dari gambar-gambar ini Dr. Louis Frank menemukan lubang-lubang yang menembus atmosfer. Hingga saat itu belum ada yang bisa menerangkan, lubang-lubang apa itu sebenarnya. Ia memilah-milah sejumlah penjelasan dari berbagai pakar setelah menganalisisnya dengan tekun. Akhirnya ia menyimpulkan bahwa lubang-lubang itu hanya mungkin terbuat oleh bola-bola es atau komet-komet salju yang datang dari ruang angkasa (langit).

Ia memperkirakan, tiap komet beratnya sekitar 100 ton, terbungkus oleh laplsan hidrokarbon berwarna hitam. Komet-komet itu berjatuhan ke bumi kurang-leblh 100 juta banyaknya tiap tahun, atau 19 butir tiap menit. Ukurannya kira-kira 30 kaki (20 meter). Menurut Dr. Clayen Yeates, ahli fisika pada Laboratorium Tenaga Dorong Jet dl Pasadena, komet-komet tersebut berkecepatan 10 km per detik sejajar dengan kecepatan bumi, dan berada 1000 km di atas bumi. Bola-bola batu atau komet-komet salju itu lalu berpencaran menjadi butiran-butiran kecil dan menguap dl atmosfer. Akhirnya uap ini akan berjatuhan sebagal hujan dan menyatu dengan sistem perputaran air di bumi.

Dalam perhitungan Dr. Louis Frank, tiap 10.000 tahun komet-komet itu dapat mengisi satu Inci dari seluruh persediaan air yang terdapat di bumi. Maka bumi ini terbentuk 4,9 biliun tahun yang lalu, dan kejadian tersebut sudah berlangsung sejak awal terbentuknya bumi, proses turunnya komet-komet itu memang dapat memenuhi kebutuhan air untuk mengisi semua lautan dan bungkahan-bungkahan salju dl kutub.

Dengan menggunakan teleskop yang dapat menangkap seisi ruang angkasa di Observatorium Kltt Peak, Arizona, Dr. Yeates meneropong ke langit dan melihat bola-bola es jtu berada pada jarak 150.000 km di atas bumi. Ia berhasil memotret bola-bola es atau komet-komet salju itu kian mendekati bumi. Seraya mendecak takjub la berkata kepada Prof . Ibrahini B. Sayed, "Sungguh mengherankan. Hasil-hasil penyelidikan ini sesuai betul dengan ramalan-ramalan Al-qur'an."

Pengalaman yang agak berbeda terjadi atas diri Prof. Dr. Germanus, seorang orientalis darj Hongarja. Selaku ahli ketimuran la telah mengenal Islam sejak lama, tetapi ia bukan Muslim. Ia menguasai bahasa-bahasa Timur, termasuk Arab dan Turki. Pada suatu hari, secara mengejutkan ia masuk masjid jami' di New Delhi, India. Di hadapan sejumlah umat Islam yang baru saja selesai mengerjakan salat Jumat ia bercerita:

"Segala pengetahuan yang terhimpun selama berabad-abad telah saya tekuni. Beribu-ribu halaman buku sains telah saya pelajari. Tetapi, jiwa saya bagaikan musafir yang selalu dahaga. Saya telah mendapat pengetahuan dl otak, namun hati saya mendambakan taman sejuk yang tidak saya peroleh dalam agama Nasrani. Tiba-tiba pada suatu malam saya bermimpi didatangi utusan Tuhan, Muhammad, yang sejarahnya telah saya ketahui dan peranginya saya kagumi. Dalam mimpi Itu Rasulullah yang tampak amat tampan dan menyebarkan bau wangi berkata kepada saya: Mengapa engkau cemas? Jalan lempang sudah terbentang di muka engkau. Engkau telah mengenal Islam. Apa sebabnya engkau tidak mau menempuh jalan yang lempang Itu?"

Esok harinya Germanus tanpa ragu-ragu lagl segera menganut agama Islam, dan namanya dllengkapi menjadi Prof. Dr. Abdul Kadir Germanus.

Ternyata bahwa ketika sama sekali belum adanya air di bumi, air terbentuk dari perbenturan meteorit, asteroid dll pecahan benda ruang angkasa, dari bentukan itu oksigen (O) dan hidrogen (H) terbentuk dan akhirnya membentuk molekul H2O alias air yang akhirnya jatuh ke bumi sebagai air purba alias air yang pertama kali terbentuk. Barulah setelah air pertama ini terbentuk, air jatuh ke bumi, lalu terbentuklah laut, sungai, danau dll sediaan air di permukaan bumi. Barulah siklus hidrologi yang terjadi sekarang mulai terbentuk. Sehingga dari temuan ilmiah ini jelaslah bahwa untuk pertama kalinya air hujan memang terbentuknya di langit, barulah setelah terbentuknya di langit Allah menurunkannya dengan gaya tarik bumi ke permukaan bumi, dan siklus peredaran airpun mulai terbentuk.



PENGETAHUAN AL-QURAN
Semua yang telah kita pelajari sejauh ini memperlihatkan kita akan satu kenyataan pasti: Al Qur'an adalah kitab yang di dalamnya berisi berita yang kesemuanya terbukti benar. Fakta-fakta ilmiah serta berita mengenai peristiwa masa depan, yang tak mungkin dapat diketahui di masa itu, dinyatakan dalam ayat-ayatnya. Mustahil informasi ini dapat diketahui dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi masa itu. Ini merupakan bukti nyata bahwa Al Qur'an bukanlah perkataan manusia.

Al Qur'an adalah kalam Allah Yang Maha Kuasa, Pencipta segala sesuatu dari ketiadaan. Dialah Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dalam sebuah ayat, Allah menyatakan dalam Al Qur'an "Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Qur'an ? Kalau kiranya Al Qur'an itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya." (Al Qur'an, 4:82) Tidak hanya kitab ini bebas dari segala pertentangan, akan tetapi setiap penggal informasi yang dikandung Al Qur'an semakin mengungkapkan keajaiban kitab suci ini hari demi hari.

Apa yang menjadi kewajiban manusia adalah untuk berpegang teguh pada kitab suci yang Allah turunkan ini, dan menerimanya sebagai satu-satunya petunjuk hidup. Dalam salah satu ayat, Allah menyeru kita:

"Dan Al Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat." (Al Qur'an, 6:155)

Dalam beberapa ayat-Nya yang lain, Allah menegaskan:

"Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir." (Al Qur'an, 18:29)

"Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan itu adalah suatu peringatan, maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya." (Al Qur'an, 80:11-12)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar