Sabtu, 31 Maret 2012

bumi semakin panas


Oleh : Wothson G J Sinaga, S.Pd. Belakangan hari hingga saat ini atmosfer udara kita begitu terasa panas, hal ini terbukti betapa gerahnya udara hampir disepanjang waktu, baik pagi, malam apalagi siang. Sering terjadi ketika baru selesai mandi untuk menyejukkan tubuh dari kegerahan malah langsung keringatan. Sedemikian gerahnya udara dan panas bumi pada saat ini, sehingga keringat pun sudah menjadi pelanggan setia tubuh.
Seharusnya bulan ini masih bulan penghujan hingga akhir bulan April, namun kenyataannya walaupun hujan suhu udara masih saja terasa begitu gerah dan panas. Bisa dikatakan hujan yang turun beberapa kali hanya sebagai penyiram debu saja. Karena biasanya jika hujan udara yang dirasakan akan sedikit lebih adem atau sejuk, namun tidak lagi saat ini.

Jika dilihat dari posisi Sumatera Utara yang berada diantara 10-40 derajat Lintang Utara (LU) dan 980-1000 Bujur Timur (BT), maka dapat dipastikan iklim yang terdapat di wilayah ini adalah tropis atau panas. Iklim ini juga dipengaruhi oleh angin Passat yang karena perubahan arah melalui Samudera Pasifik berubah menjadi angin Musson. Hal ini membuat wilayah Sumatera Utara termasuk wilayah yang memiliki suhu udara rata-rata tinggi, juga karena letak geografisnya dan posisi matahari yang sepertinya selalu vertikal.

Oleh sebab itu tidak heran walau bekerja di ruangan full air conditioner (pendingin ruangan) namun kegerahan tersebut masih bisa dirasakan, apalagi berada di luar ruangan. Menurut catatan yang tertulis, biasanya kelembaban udara rata-rata pada iklim tropis seperti ini adalah 78 persen-91 persen dengan penyinaran matahari kira-kira 43 persen. Namun sepertinya angin membawa suhu yang cukup kering dan panas sehingga membuat udara menjadi cukup gerah. Sepertinya satu mesin pendingin tidak cukup untuk menetralisasi suhu udara yang gerah seperti sekarang.

Isu ketidaknyamanan suhu bumi ini sudah sering kita dengar dengan kalimat Global Warming (pemanasan global), dimana terjadi perubahan suhu bumi yang tidak stabil dan semakin meningkat tiap derajat celsiusnya. Untuk Sumatera Utara pada tahun 2011 perubahan iklim tersebut terjadi saat penurunan jumlah hujan di musim kemarau sekitar 10 persen, boleh jadi saat ini meningkat lagi.

Fakta dari fenomena terjadinya peningkatan suhu udara adalah disebabkan oleh emisi karbon yang banyak disebabkan oleh kegiatan industri. Apalagi rata-rata sektor perekonomian di Sumatera Utara memproduksi emisi Gas Rumah Kaca (GRK). Emisi gas rumah kaca tersebut dilepas ke udara dan terdiri dari uap air, karbondioksida, metana, nitrogen oksida dan jenis emisi lainnya dari berbagai proses manufaktur. Seluruh zat emisi gas rumah kaca tersebut telah terkumpul dan terakumulasi pada lapisan atmosfer dan menipiskan lapisan ozon, yakni lapisan yang melindungi kita dari kontak langsung dengan sinar matahari yang dapat menyebabkan kanker kulit dan penyakit lainnya.

Memulai Hidup Go Green

Betapa mengejutkan nantinya dampak dari pemanasan global tersebut. Bukan hanya sekedar mengalami gerah, namun juga kemungkinan penyakit yang berasal dari zat-zat berbahaya yang dilepas ke lapisan atmosfer. Sementara kita hidup dengan zat berbahaya tersebut tanpa mau untuk menyadarkan diri betapa gentingnya situasi ini, bagi lingkungan dan generasi penerus. Jumlah zat berbahaya tersebut semakin meningkat setiap waktunya dan dilepas ke atmosfer yang menaikkan suhu udara.

Zat berbahaya bagi atmosfer dan lapisan ozon bersumber dari bahan bakar fosil (minyak dan batubara), limbah industri, kayu bakar, dan lainnya. Mau tidak mau memang contoh dari sumber zat berbahaya ini adalah sesuatu yang dekat dengan kita. Namun yang jadi permasalahan pokoknya adalah saat kita bertekad untuk mengurangi emisi gas rumah kaca tersebut. Banyak orang sudah tahu apa itu emisi gas rumah kaca, mengerti pemanasan global namun belum mengerti dan mau bertindak untuk melakukan perubahan penghijauan.

Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca ini, diantaranya adalah mengurangi pemakaian bahan bakar fosil seperti mengkonversikannya ke gas, menghentikan pembalakan liar terhadap hutan, karena hutan mampu menyerap karbon dan merehabilitas kawasan sekitarnya. Menerapkan pembangunan rumah dan gedung berkonsep ramah lingkungan, mengefektifkan pengolahan sampah rumah tangga, dan mengurangi pemakaian tisu dan menghemat pemakaian kertas.

Dari beberapa cara tersebut diatas, yang cukup berdampak adalah program penghijauan kembali yakni penanaman pohon. Bagi para penggiat dunia industri yang menghasilkan limbah, alangkah baiknya juga memiliki sebuah manajemen limbah yang bagus dan jangan lepas tangan dengan membuang limbah sembarangan tanpa pendauran ulang. Kita juga baiknya mendukung Pemerintah yang berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca yang meliputi bidang pertanian, kehutanan, lahan gambut, energi dan transportasi, industri dan pengelolahan limbah. Dan pemerintah terkait juga diharapkan giat memantau, mengawasi bahkan mendisiplinkan industri-industri nakal yang tidak ramah lingkungan. Mari Go Green.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar